Jumat, 03 Juni 2011

Rasionalitas Kesesatan

~~~~~~~
Oleh : Agus Maniyeni
~~~~~~~

Para sahabat yang budiman, konsep kesesatan merupakan sebuah konsep yang sangat populer, dan sering dihubungkan dengan kehidupan keberagamaan. Tapi tahukah sahabat, bahwa bukan hanya bidang keagamaan yang mengenal konsep ini? Dalam ilmu berpikir dan atau ilmu penalaran dan atau logika, kesesatan sebagai sebuah konsep mendapat tempat yang sangat strategis.

Kali ini saya ingin berbagai dengan para sahabat megenai konsep kesesatan ini, sehingga membantu kita untuk memahami bagaimana seharusnya kita bernalar sehingga gagasan yang kita komunikasikan, benar-benar mengikuti hukum penalaran yang benar.

A. Pengertian Kesesatan


Kesesatan merupakan bidang kajian logika yang menaruh perhatian pada penalaran yang tidak tepat atau penalaran yang keliru. Kesesatan juga disebut “fallacia atau fallacy” yaitu kekeliruan penalaran yang terjadi pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika. Kesesatan dapat terjadi karena ketidaksadaran orang yang bernalar atau sebaliknya dilakukan secara sengaja untuk menyesatkan orang lain. Kesesatan yang terjadi karena ketidak sengajaan disebut paralogis, sedangkan kesesatan penalaran yang dilakukan secara sengaja disebut sofisme.

Kesesatan dapat terjadi karena dua faktor yaitu kerana bentuk penalarannya yang tidak sahih dan karena tidak ada hubungan logis antara premis dengan konklusi. Kesesatan yang terjadi akibat bentuk penalaran yang tidak sahih disebut kesesatan formal. Sedangkan kesesatan yang terjadi karena inkonsistensi antara premis dengan konklusi disebut kesesatan relevansi.

B. Jenis-jenis Kesesatan

Secara umum ada dua jenis kesesatan yakni kesesatan karena bahasa dan kesesatan relevansi.
1. Kesesatan Bahasa

Kesesatan bahasa terjadi karena penggunaan kata atau istilah tertentu dalam kalimat (bahasa) yang memiliki arti yang berbeda-beda. Ada beberapa jenis kesesesatan yang temasuk dalam kesesatan bahasa yakni, kesesatan karena aksen atau intonasi; kesesatan term ekuivokal; kesesatan metafora, dan kesesatan amfibolia (amphibolia). Keempat jenis kesesatan ini disebut quaterna terminorum.

1.1. Kesesatan intonasi
Kesesatan intonasi adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat perubahan tekanan pada satu kata tertentu yang mengakibatkan terjadi perubahan arti.

1.2. Kesesatan term ekuivokal
Term ekuivokal adalah term yang mempunyai lebih dari satu arti. Jadi kesesatan term ekuivokal adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat pergantian arti dari sebuah term yang sama.

1.3. Kesesatan karena metafora
Kesesatan karena metafora adalah jenis kesesatan yang terjadi jika pelaran dalam arti kiasan, disamakan dengan arti yang sebenarnya.

1.4. Kesesatan amfiboli
Kesesatan karena metafora adalah jenis kesesatan yang terjadi jika konstruksi kalimat yang dibangun menyebabkan arti yang bercabang.

2. Kesesatan Relevansi

Kesesatan relevansi adalah jenis kesesatan yang terjadi karena konklusi yang dibangun tidak relevan dengan premisnya. Atau dengan kata lain konklusi yang dibuat bukan merupakan implikasi dari premisnya. Kesesatan ini dapat dikategorikan atas (1) argumentum ad hominem; (2) argumentum auctoritatis; (3) argumentum ad baculum; (4) argumentum ad misericordiam; (5) argumentum ad populum; (6) non causa pro causa; (7) kesesatan aksidensi; (8) kesesatan komposisi dan divisi; (9) kesesatan karena pertanyan yang kompleks;

2.1. Argumentum Ad Hominem
Argumentum ad hominem adalah, kesesatan yang terjadi karena pemaksaan kehendak agar orang lain menerima keputusan yang didasarkan pada kepentingan tertentu. Misalnya: seorang terdakwa yang berusaha mendapat hukuman seringan mungkin dengan mengatakan bahwa penderitaan yang ditimpakan hakim kepadanya dapat juga terjadi pada keluarga sang hakim.

2.2. Argumentum Auctoritatis
Argumentum autoritatis adalah, kesesatan yang terjadi karena orang menerima atau meolak suatu kebenaran bukan berdasarkan penalaran tetepi berdasarkan otoritas orang yang mengatakannya. Misalnya: kebenaran yang diterima hanya berdasarkan pada siapa yang mengatakan kebenaran itu.

2.3. Argumentum Ad Baculum
Argumentum ad baculum adalah, kesesatan yang terjadi karena penerimaan atas kebenaran bukan ditentukan oleh penalaran melainkan karena tekanan atau intimidasi. Misalnya: penyangkalan petrus kepada Yesus karena takut terhadap tekanan serdadu romawi.

2.4. Argumentum Ad Misericordiam
Argumentum ad misericordiam adalah, kesesatan yang terjadi karena argmen yang dibuat dimaksudkan untuk menimbulkan belas kasihan pihak lain. Argumen ini biasanya dilaukukan agar suatu perbuatan dimaafkan.

2.5. Argumentum Ad Populum
Argumentum ad populum adalah, kesesatan yang terjadi karena argumentasi yang dibuat tidak didasarkan pada bukti melainkan didasarkan pada keykinan banyak orang. Pembuktian suatu argumentasi menjadi tidak penting melainkan, yang diutamakan adalah menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan emosi agar menerima simpulan tertentu. Argumentum ad populum banyak terjadi dalam kampanye politik, pidato-pidato atau dalam demostrasi yang melibatkan banyak orang.

2.6. Non Causa Pro Causa
Non causa pro causa adalah, kesesatan yang terjadi karena konklusi yang dibuat tidak berdasarkan penyebab yang semestinya, melainkan oleh sebab yang lain.

2.7. Kesesatan Aksidensi
Kesesatan aksidensi adalah, kesesatan yang terjadi karena penerapan prinsip atau pernyataan umum pada suatu peristiwa tertentu yang karena sifatnya yang kebetulan (aksidental) menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Sifat aksidental adalah sifat yang tidak mutlak, yang tidak harus ada.

2.8. Kesesatan Komposis dan Divisi
Kesesatan komposisi adalah keseatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa totem pro parte1) yang tidak tepat. Sedangkan kesesatan devisi adalah kesesatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa pars pro toto yang keliru.

2.9. Kesesatan karena pertanyan yang kompleks
Kesesatan ini terjadi karena, pertanyaan yang dibuat tidak spesifik sehingga dapat menimbulkan penafsifaran dan jawaban yang lebih dari satu.

Semoga catatan singkat ini bermanfaat.......Salam

Malang, 26 Mei 2001


Catatan ini diambil dari Group FB, Komunitas Air Itam (26 Mei 2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar