Jumat, 03 Juni 2011

Belajar dari burung Angsa

~~~~~~~
oleh : Agust Maniyeni
~~~~~~~
lihat formasi itu.... (sumber gambar : duelpast.blogspot.com)

Kompetisi sudah menjadi semacam "dogma modernisme" yang  diadopsi oleh hampir semua organisasi modern (kampus, sekolah, negara, bahkan mungkin gereja). Para Ahlipun  tidak ketinggalan mengindoktrinasi konsep ini dalam berbagai dimensi, namun apakah benar kompetisi dapat dijadikan sebagai saham bagi kemajuan bersama?

Sejatinya kompetisi memiliki dua kutub yang sangat ekstrim. Ketika terjadi kompetis, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Jika terjadi kompetisi, maka akan selalau terbuka peluang bagi penggunaan segala cara untuk mencapai tujuan kompetisi....

Mungkin sudah saatnya kita mencermati kembali asumsi-asumsi yang kita gunakan berkaitan dengan konsep ini. Secara substantif, sudah saatnya kita menggunakan pendekatan yang lain untuk mencapai tujuan kemanusiaan kita dengan mengedepankan semangat berkolaborasi dan bukan berkompetisi....

Dalam manajemen, kolaborasi menjadi jauh lebih penting dari kompetisi. Kolaborasi memungkinkan kita untuk saling menolong guna mencapai tujuan secara bersama-sama. Ini yang terlihat dalam perilaku manajemen burung angsa. Dalam manajemen burung angsa, tidak ada satu pun anggota kelompok yang dibiarkan tertinggal di belakang (kalah) ketika mereka berjuang menghadapi badai.

Kita memang kita sangat paham akan konsep kolaborasi, tapi secara praktis burung angsalah yang melakukannya secara sempurna.....Kita sangat paham konsep persektuan, tetapi burung angsalah yang paling bersektu dibandingkan dengan kita.....

Karena itu, mungkin ada baiknya kita belajar dari angsa, makluk yang tidak termasuk dalam kategori berakal budi, namun dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk belajar bersektu....


Selamat Hari Minggu Sobat.

Note ini diambil dari Group FB, Komunitas Aer Itam. (Minggu, 29 Mei 2011)

1 komentar:

  1. Menurut Cahiril Anwar, hidup adalah perjuangan yang tidak ada habisnya untuk dimenangkan. Jika begitu, ada perlunya berkompetisi dan ada perlunya juga berkolaborasi.
    Berkompetisi untuk tidak kalah dari keserakahan, kebohongan, kemunafikan, kemalasan, kepasifan, berani hidup dalam si aku dengan kepenuhan keakuanku karena kompetisi tidak melulu negatif walau berakhir menang kalah.

    Lalu kolaborasi? Sejarah pemikiran Hegel mengungkapkan suatu kemajuan pemikiran terjadi manakala pendapat A sebagai tesis dihadapkan dengan pendapat B sebagai antitesis yang akan menghasilkan pendapat C dengan keunggulan baik tesis maupun antitesis. Bertolak dari Hegel, maka kolaborasi sesungguhnya berakar dari kompetisi namun berakhir dengan perpaduan kebaikan dari masing-masing. Sehingga tergabunglah dalam sebuah kemasan Kolaborasi.

    Bagi saya, baik kompetisi maupun kolaborasi sama2 menjadi kebutuhan pembentuk karakter pribadi yang baik.

    Nice articel, Thanks.

    BalasHapus